Apa Itu Perang Dagang? Ini Pengertian hingga Dampaknya bagi Perekonomian

Jogja - Pada Bonus New Member Slot 2025 pekan pertama April 2025, dunia internasional dikejutkan dengan strategi 'perang dagang' dari Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump berupa kenaikan tarif impor. Memangnya, apa sih perang dagang itu?
Istilah perang dagang tentu tidak asing lagi bagi para pengamat ekonomi, utamanya yang mengambil spesialisasi ekonomi makro. Namun, tak sedikit jua masyarakat yang belum memahami perang dagang secara menyeluruh.

Memahami manut88 login perang dagang dapat membantu detikers melihat situasi internasional terkini, khusus dalam bidang ekonomi. Lebih-lebih, jika kamu adalah seorang pebisnis. Berbekal informasi terkait perang dagang, detikers dapat menyusun strategi agar bisnis tetap berperilaku kompetitif di tengah ketidakpastian.

Jadi, apa pengertian perang dagang? Mari, simak pembahasan ringkasnya yang telah detikJogja siapkan di bawah ini!

Pengertian Perang Dagang


Dikutip dari laman resmi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Medan Area, perang dagang adalah konflik ekonomi antara dua negara atau lebih terkait perdagangan internasional. Biasanya, beberapa hal yang diterapkan dalam perang dagang meliputi tarif impor, kuota impor, dan pembatasan investasi.

Lebih lanjut, sebagaimana penjelasan dalam dokumen unggahan ETD Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, biasanya, antarnegara yang perang dagang akan melakukan bentuk proteksionisme perdagangan serupa. Semua bermula dengan salah satu negara melakukan usaha untuk melindungi industri dalam negerinya.

Usaha melindungi industri dalam negeri ini sendiri muncul biasanya dipicu persaingan tidak sehat dengan industri asing. Guna mempertahankan dan memperkokoh industri dalam negeri, suatu negara akan melakukan pengurangan impor dan meningkatkan ekspor dengan cara pemberlakuan tarif atau kuota impor.

Misalnya, negara A melakukan kebijakan proteksionisme ini terhadap negara B. Sebagai 'balasan', negara B pun menerapkan tarif impor yang tinggi untuk negara A atau memberi kuota impor. Akibatnya, terciptalah perang dagang antarkedua negara.


Dampak Perang Dagang bagi Perekonomian


Perang dagang bisa menghadirkan dampak negatif maupun positif. Dirujuk dari Investopedia, kerugian perang dagang yang paling kentara adalah terhambatnya pertumbuhan ekonomi dan pertukaran budaya. Di samping itu, konsumen akan mendapat pilihan barang yang lebih sedikit di pasar.

Bahkan, paling buruknya, konsumen mungkin saja menghadapi kelangkaan barang jika produsen dalam negeri tidak mampu menggantikan peran eksportir luar yang diblokir perang dagang. Tak cukup sampai di situ, perang dagang juga menyebabkan bahan baku menjadi lebih mahal sehingga margin keuntungan produsen berkurang.

Di sisi lain, perang dagang diyakini bisa memberi perlindungan lebih terhadap para pengusaha dalam negeri. Efeknya, lapangan pekerjaan yang luas bisa terbuka sehingga dapat menekan angka pengangguran.

Secara ringkas, dampak negatif perang dagang adalah:

  • Menaikkan cost (biaya produksi).
  • Memicu inflasi.
  • Mengurangi pilihan barang di pasar.
  • Memperlambat pertumbuhan ekonomi.
  • Merusak hubungan diplomatis dan pertukaran budaya.
  • Menghambat perdagangan.
Adapun dampak positifnya adalah:

  1. Melindungi perusahaan dalam negeri dari persaingan tidak adil.
  2. Meningkatkan permintaan terhadap barang-barang lokal.
  3. Mendorong pertumbuhan lapangan kerja lokal.
  4. Memperbaiki defisit perdagangan.
  5. Memberi sanksi terhadap negara-negara dengan kebijakan perdagangan yang tidak etis.
Dampak Perang Dagang Terbaru AS Terhadap Perekonomian RI
Telah disinggung sekilas di atas, kebijakan tarif impor baru sebesar 32% yang diterapkan AS kepada Indonesia adalah salah satu bentuk perang dagang. Apa dampaknya bagi perekonomian Republik Indonesia?

Dikutip dari detikFinance, dampak pertama yang akan langsung dirasakan adalah penurunan nilai ekspor dan produksi barang berbasis ekspor.

"Misalnya kan produk sepatu (seperti sepatu olahraga), itu ekspornya banyak ke Amerika. Otomatis karena harga meningkat, itu pasti mengalami penurunan permintaan. Jadi produk pabrik-pabrik itu akan mencoba efisiensi," jelas Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, Kamis (3/4/2025).

Efek lainnya adalah berkurangnya pasar ekspor Indonesia, sebagai contoh ke China. Alasannya, China juga turut dikenai tarif impor yang cukup tinggi oleh AS. Akibatnya, ekspor dan ekonomi China diprediksi bakal menurun sehingga otomatis, pasar Indonesia turut berkurang.

"Karena ekonomi China turun, karena barang mereka katakan tidak bisa masuk (ke AS), otomatis ekonomi China turun, pasar kita ke China juga turun," terangnya.

Dampak-dampak negatif lain juga diperkirakan bakal terjadi berentetan. Sebut saja PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), terpuruknya sektor padat karya, dan penurunan industri otomotif dalam negeri.

LihatTutupKomentar